Minggu, 06 Juli 2014

MAKALAH PERJUANGN NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKAH


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabby, yang mana telah melimpahkan nikmat kepada kita terutama nikmat yang paling besar yaitu nikmat Iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad saw., juga tak lupa kepada keluarga-Nya, sahabat-sahabat-Nya, tabi’in itbauttabi’in dan seluruh umat yang setia mengikuti ajaran-Nya semoga mendapatkan syafaat di yaumul jaza wal hisab amiin.
Penulis bersyukur kepada Allah swt. karena berkat limpahan Taupik dan Hidayah serta Inayah-Nya penulis dapat menyusun makalah dengan judul “KEHIDUPAN RASULULLAH SAW”, penulis juga berterima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih dalam batas minimal sehingga terdapat banyak sekali kekurangan atau jauh dari kesempurnaan, berhubungan dengan wawasan atau ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif atau yang dapat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penulisan selanjutnya.
Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.





  MAKASSAR, 1 DESEMBER 2013







ii
 
 
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………..…..…i
KATA PENGANTAR…………………………………….......................……........................... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang...............................................................................................................................1
1.2      Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
1.3     Tujuan............................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masa Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Kebiasaan Masyarakat Jahiliyah...........................................................................................................................................2
2.2 Sifat-sifat Muhammad SAW yang Terpuji Dalam Al-Qur’an dan Taurat......................................3
2.3 Nabi Muhammad Berdagang...........................................................................................................3
2.4 Nabi Muhammad Berkeluarga ........................................................................................................4
2.5 Nabi Muhammad di Angkat Menjadi   Rasul................................................................................................................................................5

2.6 Nabi Muhammad Berdakwah.......................................................................................................................................6

2.7 Tekanan dan Ancaman Kafir Quraisy..............................................................................................8

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan.....................................................................................................................................iv
3.2  Saran........................................................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………v


ii
 

 
BAB I
PENDAHULUAN

         1.1        Latar Belakang Masalah

Nabi Muhammad saw. merupakan suri tauladan atau uswah hasanah bagi umat islam. Sebagai umat islam kita ditungtut untuk mengetahui sejarah perjuangan Nabi Muhammad saw. membawa umat manusia dari zaman jahiliah ke zaman kepintaran, dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang, dan dari biadab menjadi beradab.
Perjuangan Nabi Muhammad itu tidak berjalan dengan mulus tapi banyak rintangan dan tantangan yang terus menghampiri, contohnya hinaan, cemoohan, makian, dan siksaan dari orang-orang kafir yang tidak menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. walaupun demikian Nabi Muhammad saw. tetap tegar dan tidak menyerah sekalipun tantanganya itu sangat berat untuk dihadapi. Jadi, Nabi Muhammad saw. rela mengorbankan harta, jiwa, dan  raganya dalam menegakan ajaran islam.


         1.2 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana kehidupan Nabi Muhammad sebelum Menjadi Rasul ? 
2.      Bagaiman perjuangan Nabi Muhammad Di Kota Mekah ?


1.3 .    Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai berikut :
             1.       Supaya kita mengetahui Kehidupan Nabi Muhammad Saw di Kota Mekah
       
2.     

 
Supaya kita tahu sejarah perjuangan Nabi Muhammad saw. dalam menegakan ajaran islam
3.      Supaya sejarah perjuangan Nabi Muhammad saw itu dijadikan ibroh atau pelajaran oleh kita

BAB II
PEMBAHASAN

A.           KEHIDUPAN NABI MUHAMMAD SAW. SEBELUM MENJADI NABI DAN RASUL
              
                 2.1.  Masa Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Kebiasaan Masyarakat Jahiliyah

Pada masa kelahiran Nabi Muhammad SAW terdapat kejadian yang luar biasa yaitu ada serombongan pasukan Gajah yang dipimpin Raja Abrahah (Gubernur kerajaan Habsyi di Yaman) hendak menghancurkan Kakbah karena negeri Makkah semakin ramai dan bangsa Quraisy semakin terhormat dan setiap tahunnya selalu padat umat manusia untuk haji. Ini membuat Abrahah iri dan Abrahah berusaha membelokkan umat manusia agar tidak lagi ke Makkah. Abrahah mendirikan gereja besar di Shan’a yang bernama Al-Qulles. Namun tak seorang pun mau datang ke gereja Al Qulles itu. Abrahah marah besar dan akhirnya mengerahkan tentara bergajah untuk menyerang Kakbah. Didekat Makkah pasukan bergajah merampas harta benda penduduk termasuk 100 ekor Unta Abdul Muthalib.
Dengan tak disangka Abdul Munthalib kedatangan utusan Abrahah supaya menghadap ke Abrahah. Yang pada akhirnya Abdul Munthalib meminta Untanya untuk dikembalikan dan bersedia mengungsi bersama penduduk dan Abdul Munthalib berdo’a kepada Allah supaya Kakbah diselamatkan.
Keadaan kota Makkah sepi tentara Abrahah dengan leluasa masuk Makkah dan siap untuk menghancurkan Kakbah. Allah SWT mengutus burung Ababil untuk membawa kerikil Sijjil dengan paruhnya. Kerikil itu dijatuhkan tepat mengenai kepala masing-masing pasukan bergajah tersebut hingga tembus ke badan sampai mati. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Fiil ayat 1-5. (QS 105 :1-5). Pasukan bergajah hancur lebur mendapat adzab dari Allah SWT.
 
Pada masa itu lahir bayi yang diberi nama Muhammad dari kandungan ibu Aminah dan yang ber-ayahkan Abdullah. Muhammad lahir sudah yatim karena saat nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan ayahnya sudah meninggal dunia. Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun Gajah dan bertepatan tanggal 22 April 571 M.
   

       2.2 Sifat-sifat Muhammad SAW yang Terpuji Dalam Al-Qur’an dan Taurat

Sittul-Ahl binti Alwal telah bercerita kepada kami, dari Baha’ ibn Abdurrahman, dari Munajahrin ibn Muhammad, dari Hibatullah ibn Ahmad, dari Husain ibn Ali ibn Bat-ha, dari Muhammad ibn Sa’id Ar-Ras’ini, dari Mu’afi ibn Sulaiman, dari Fulaih, dari Hilal ibn Ali, dari Atha’ ibn Yasar, ia berkata: “Ceritakanlah kepadaku tentang sifat-sifat Rasulullah yang digambarkan dalam Taurat!”
Ia menjawab: “Demi Allah, sesungguhnya sifat beliau dalam Taurat adalah sama sebagaimana sifatnya dalam Al-Qur’an, yaitu: “Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, sebagai pelindung orang-orang ummi, engkau adalah hamba dan Rasulku, Aku namakan engkau Al-Mutawakkil yakni yang tidak kasar lagi beringas, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi memaafkan dan mengampuni. Allah tidak akan mencabut nyawaya sampai agama ini tegak dimuka bumi dan orang-orang berkata “Tidak ada Tuhan selain Allah”, yang dengan perkataan ini maka dibukakan mata yang buta dan telinga yang tuli serta hati yang mati.”


  2.3 Nabi Muhammad Berdagang

3
 
Ketika berumur 12 tahun, Nabi Muhammad saw mengikuti pamannya Abu Thalib membawa barang dagangannya ke Syam. Sebelum mencapai kota Syam, baru sampai ke Bushra, bertemulah kafilah Abu Thalib dengan seorang pendeta Nasrani yang alim “Buhaira” namanya. Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad SAW maka dinasihatilah Abu Thalib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke Mekkah, sebab dia khawatir kalau-kalau Muhammad SAW ditemukan orang-orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya atau dengan kata lain akan membunuhnya, Abu Thalib segera menyelesaikan dagangannya dan kembali ke Mekkah.
Menginjak masa dewasa, Nabi Muhammad SAW mulai berusaha sendiri dalam penghidupannya. Karena dia terkenal jujur maka seorang janda kaya raya bernama Siti Khadijah mempercayai beliau untuk membawa barang dagangannya ke Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini, beliau ditemani oleh seorang pembantu Siti Khadijah yang bernama Maisarah. Dalam benak Muhammad muncullah kembali kenangan perjalanannya yang pertama ke Syam bersama Abu Thalib kira-kira 13 tahun yang lalu, melalui padang pasir yang kini sedang menjadi tujuannya pula. Setelah selesai menjual belikan barang dagangan di Syam, dengan memperoleh laba yang tidak sedikit, merekapun kembali ke Mekkah. Dan tiba kembali di Mekkah dengan aman dan selamat. Segera ia melaporkan kepada Khadijah tentang hasil dagangannya itu dan ia menyerahkan keuntungannya kepada Khadijah dalam keadaan utuh, suatu sikap yang melambangkan kejujuran dan keluhuran pribadi Muhammad. Betapa kagum Khadijah terhadap kejujuran Muhammad itu, karena ia sangat terpercaya, menyerahkan semua keuntungan dagangannya, barang dagangan terjual habis, seolah-olah Muhammad sangat berpengalaman dalam soal berdagang.


2.4  Nabi Muhammad Berkeluarga

Kekaguman Khadijah semakin bertambah mendalam terhadap pribadi Muhammad setelah mendengarkan laporan-laporan Maisarah yang menyertainya dalam perjalanan niaga itu. Khadijah terkesan sekali dengan tutur kata, sikap, perangai, tingkah laku dan perbuatan Muhammad selama kelana niaga itu yang kini sedang dituturkan kembali oleh Maisarah kepadanya. Akhirnya, perasaan kewanitaannya membersitkan rasa simpati yang sangat mendalam kepada Muhammad. Khadijah kini mendambakan dirinya hidup disamping Muhammad. Sebelumnya tidak sedikit laki-laki yang melamar Khadijah, tetapi lamaran mereka ditolaknya.

 
Suatu hari Khadijah mengutus pelayan perempuannya yang bernama Nafisah untuk menyampaikan isi hatinya kepada Muhammad dan pamannya Abu Thalib, Muhammad kemudian membicarakan lamaran Khadijah itu dengan Abu Thalib. Muhammad menerima lamaran Khadijah itu dan Abu Thalib setuju. Demikianlah, akhirnya Muhammad dan Khadijah resmi menikah dengan wali Amru bin Al Asad, Paman Khadijah. Pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah berumur 40 tahun.
Sesudah berkeluarga itu, Khadijah membebaskan Muhammad mengurusi perniagaannya. Khadijah sendiri menanganinya seperti keadaan semula dan membiarkan suaminya menggunakan waktunya untuk berfikir dan merenung.
Muhammad hidup dalam kerumahtanggaan bersama Khadijah hampir 25 tahun lamanya, sampai tiba saatnya isteri tercinta, Khadijah, meninggal dunia pada tahun kesepuluh kerasulannya. Perkawinannya dengan Khadijah yang diliputi kebahagiaan, ketenteraman, kerukunan dan keharmonisan itu memberikan anak-anak yang bernama Al Qasim (Abdul Qasim), Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah dan Abdullah.


     2.5 Nabi Muhammad di Angkat Menjadi Rasul
Saat berusia 40 tahun, beliau lebih banyak mengerjakan tahannuts dari pada waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan lebih banyak dari biasanya, karena akan bertahannuts lebih lama dari pada waktu-waktu sebelumnya, dalam melakukan tahannuts beliau sering mendapatkan mimpi.
Dimalam Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahu 610 Masehi, di waktu Nabi Muhammad SAW sedang bertahannuts di Gua Hira, datanglah malaikat Jibril membawa tulisan dan menyuruh  Muhammad SAW untuk membacanya, katanya: “Bacalah”. Dengan terperanjat Nabi Muhammad SAW menjawab: “Aku tidak bisa membaca”. Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh malaikat Jibril sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi: “Bacalah”. Tetapi Muhammad masih tetap menjawab: “Aku tidak bisa membaca”. Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad berkata: “Apa yang Kubaca”.


Kemudian Jibril berkata:

Artinya: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat mulia. Yang mengajarkan dengan pena (tulis baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.Al-Alaq 1-5).
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rasulullah, atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan risalahnya.

     
     2.6 Nabi Muhammad Berdakwah
Adapun Nabi Muhammad berdakwah dengan melalui dua cara, yakni:
A.    Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu yang kedua ini yang menjelaskan tugas atas dirinya, mulailah beliau secara sembunyi-sembunyi menyeru keluarganya yang tinggal dalam satu rumah dan sahabat-sahabat terdekat beliau, seorang demi seorang, agar mereka meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha Esa. Maka yang mula-mula iman kepadanya ialah isteri beliau sendiri Siti Khadijah, disusul oleh putera pamannya yang masih amat muda Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Naritsah, budak yang kemudian menjadi anak angkat beliau. Setelah itu lalu beliau menyeru Abu Bakar Siddiq, seorang sahabat karib yang telah lama bergaul dan Abu Bakar pun segera beriman dan memeluk agama islam.

Setelah Rasulullah SAW diutus menjadi Rasul dan agar melaksanakan dakwahnya kepada orang Quraisy, maka Rasulullah merasa bingung bagaimana memulai pendakwahannya tentang ajaran baru yaitu Islam. Pada akhirnya Rasulullah melaksanakan dakwah tersebut dengan tahapan pertama, yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi. Dakwah tersebut dilakukan Rasulullah di seputar keluarganya, selain itu juga dilakukan di kalangan orang-orang tertindas, lemah, dan membutuhkan pertolongan.
6
 

             Pada tahapan ini, Rasulullah mengajak mereka memeluk Islam, membina mereka dengan pemikiran-pemikirannya, membimbing mereka dengan hukum-hukumnya dan membentuk kutlah atau kelompok. Demikian itu menunjukkan bahwa Rasulullah tidak pernah lepas dari dakwah dan bersungguh-sungguh membina orang-orang yang masuk Islam dengan pemikiran-pemikiran. Beliau mengumpulkan mereka di rumah Al-Arqam, dan mengirim sahabat yang akan membina mereka dalam bentuk kutlah di berbagai halaqah. Selain kutlah, Rasulullah membina secara berkelompok. Pembinaan secara kelompok yang dilakukan oleh Rasulullah hanya untuk orang-orang yang bersimpati kepada Islam dan siap untuk menerima Islam.
              Materi dakwah yang dilakukan Rasulullah secara sembunyi-sembunyi merupakan ayat-ayat yang turun kepada Rasul untuk mengajak pada ketauhidan, mengingkari keberhalaan, dan kesyirikan serta mengutuk keduanya, dan mencela bapak-bapak dan nenek moyang tanpa pemikiran. Muatan ayat-ayat yang turun mencela muamalah-muamalah yang rusak, menyerang riba dan menhantam perdagangan yang rusak dna penipuan dalam takaran dan timbangan.

            
Selama tiga tahun berdakwah, hanya empat orang/ pengikut yang masuk Islam dan menjadi pengikut Rasulullah. Diantaranya adalah Istri nabi Muhammad Khadijah, dari keluarganya adalah Ali bin Abi Thalib, sedangkan dari kalangan budak adalah Zaid bin Harisah, dan dari kalangan kerabat dekatnya Abu Bakar atau yang disebut juga dengan nama Attiq bin Usman. Dengan perantara Abu Bakar, banyak orang yang masuk Islam, diantaranya; Usman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah bin Jarrah, Abdurrahman bin Auf, Arqam bin Abil Arqam, Fatimah binti Khottob, dan suaminya dan lain-lain. Pada tahap pertama ini, tantangan yang dialami oleh Rasulullah masih sedikit, karena masih dalam tahap sembunyi-sembunyi, jadi belum terlalu keras dan terjal dalam pendakwahannya.         

Dengan perantara Abu Bakar, banyak orang-orang yang memeluk agama islam, antara lain ialah: Utsman bin ‘Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah dan masih banyak lagi. Mereka ini dapat gemblengan dan pelajaran tentang agama islam oleh Rasul sendiri ditempat yang tersembunyi dirumah Arqam bin Abil Arqam.

B.     Menyiarkan Agama Islam Secara Terang-terangan
Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan da’watul afrad, kemudian setelah itu turunlah firman Allah surat Al-Hijr ayat 94 yang artinya:
“Maka jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”.
7
 
Ayat ini memerintahkan pada Rasul agar menyiarkan Islam dengan terang-terangan dan meninggalkan cara sembunyi-sembunyi itu. Maka mulailah Nabi Muhammad menyeru kaumnya secara umum ditempat-tempat terbuka untuk menyembah Allah SWT dan meng-Esakan-Nya. Pertama kali seruan (dakwah) yang bersifat umum ini beliau tujukan kepada kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk Mekkah pada umumnya yang terdiri dari bermacam-macam lapisan masyarakat, baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya, kemudian kepada kabilah-kabilah yang datang ke Mekkah untuk mengerjakan haji.
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
  1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
  2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).

     2.7 Tekanan dan Ancaman Kafir Quraisy
8
 
Ibnu Ishaq berkata: Orang-oarang kafir Quraisy menyiksa dan menganiaya setiap kabilah yang masuk islam. Allah menjaga Nabi Muhammad SAW. Dengan perantara pamannya Abu Thalib. Abu Thalib kemudian mengajak Bani Hasyim dan Bani Muthalib untuk bersama-sama menjaga Nabi Muhammad dari siksaan orang-orang kafir Quraisy. Maka merekapun sepakat untuk menjaganya, kecuali Abu Lahab. Yahya ibn Urwah ibn Az-Zubair telah bercerita padaku, dari ayahnya, dari Abdullah Ibnu ‘Amr: “Aku pernah bertanya kepada ‘Amr: “Bagaimanakah perlakuan Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW yang pernah kamu lihat?”
Ia menjawab: “Aku pernah bersama kafir Quraisy pada saat mereka sedang berkumpul di Hijr. Mereka membicarakan tentang Rasulullah SAW dan berkata: “Kami sudah tidak sabar lagi terhadap orang ini (Muhammad), karena ia telah menghancurkan cita-cita kami dan mencela tuhan-tuhan kami”.
Pada saat itu juga Rasullullah SAW muncul dan langsung mencium Hajar Aswad dan kemudian thawaf. Ketika beliau sedang mengelilingi ka’bah, maka kafir Quraisy mencaci maki beliau dengan kata-kata kasar. Pada putaran kedua mereka mencacinya dengan perkataan serupa. Pada putaran ketiga maka mereka juga mencaci dengan kata-kata kasar. Tak hanya sampai disitu, setiap bertemu Rasulullah mereka selalu memperolok-olokkan Rasullullah.
Pada umumnya, orang kafir Quraisy tidak senang menerima kehadiran agama Islam di tengah-tengah kehidupan mereka. Para tokoh masyarakatnya mulai menyebarkan isu yang tidak benar mengenai ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. sehingga banyak masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut.

Salah seorang tokoh masyarakat Quraisy yang selalu menghalangi gerakan dakwah Nabi Muhammad saw. adalah Abu Lahab. Ia mulai menghasut masyarakat Arab Quraisy supaya membenci Nabi Muhammad saw. dan Islam. Bahkan Abu Thalib, paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga dihasut untuk melarang Nabi Muhammad saw. agar tidak menyebarkan ajaran Islam. Ia mendapat ancaman dan dipaksa untuk memenuhi keinginan masyarakat Quraisy tersebut.

Pada suatu ketika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad saw. agar bersedia menghentikan kegiatan dakwahnya karena banyak tokoh masyarakat kafir Quraisy yang mengancamnya bila ia tidak berhasil membujuk Nabi Muhammad saw. untuk menghentikan dakwahnya. Namun permohonan pamannya itu tidak dikabulkan, bahkan ia berkata tegas: “Wahai pamanku, demi Allah, sekiranya matahari diletakkan di sebelah kananku, dan bulan di sebelah kiriku supaya aku berhenti berdakwah, pasti aku tidak akan mau berhenti berdakwah sampai Allah memberiku kemenangan atau aku binasa dalam perjuangan.”


9
 
 
Mendengar perkataan dan tekad bulat Nabi Muhammad saw. untuk terus berjuang, Abu Thalib tidak bisa berbuat banyak kecuali menyerahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad saw. Hanya saja ia berpesan agar waspada dalam menyebarkan dakwah Islam dan berusaha menghindari ancaman masyarakat Quraisy.

Orang-orang kafir Quraisy tidak berani berhadapan langsung dengan Nabi Muhammad saw. untuk memintanya agar meninggalkan kegiatan dakwah karena mereka masih memandang posisi sosial pamannya, yaitu Abu Thalib. Tetapi mereka berani mengambil tindakan terhadap keluarga dan para sahabat Nabi. 

Melihat usaha pendekatan Abu Thalib gagal dan agama Islam terus memperoleh pengikut, Abu Jahal dan Abu Sufyan mendatangi Abu Thalib kembali sambil mengancam. Mereka berkata: “Hai Abu Thalib, kamu sudah tua, kamu harus mampu menjaga dirimu jangan membela Muhammad. Kalau hal itu dilakukan terus maka keluarga kita akan pecah.” Tetapi ancaman itu juga tidak berhasil. Hal itu disebabkan karena tekad kuat Nabi Muhammad saw. sudah bulat untuk terus melaksanakan dakwah Islam kepada masyarakat Mekkah meskipun ia harus bertaruh nyawa.


Gagal melakukan pendekatan melalui jalur kekeluargaan, akhirnya pemimpin masyarakat Quraisy lainnya menjumpai Abu Thalib untuk membujuknya agar bisa menghentikan dakwah kemenakannya itu. Kali ini bukan ancaman yang diberikan, melainkan tawaran. Ia menawarkan seorang pemuda tampan bernama Amrah Ibnu Walid yang usianya sebaya dengan Nabi Muhammad saw. Lalu mereka berkata: “Hai Abu Thalib, Muhammad saya tukarkan dengan pemuda ini. Peliharalah orang ini dan serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh.”

Mendengar ancaman dan tekanan itu, Abu Thalib menjawab dengan suara lantang: “Hai orang kasar, silakan dan berbuatlah sesukamu. Aku tidak takut!” Kemudian Abu Thalib mengundang keluarga Bani Hasyim untuk meminta bantuan dan menjaga Muhammad saw. dari ancaman dan penganiayaan kafir Quraisy.

10
 
Setelah gagal melakukan tekanan kepada Nabi Muhammad saw. dan Abu Thalib, pemimpin Quraisy mengutus Uthbah Ibnu Rabi’ah untuk membujuk Nabi Muhammad saw. agar menghentikan dakwahnya. Untuk itu, ia menawarkan beberapa pilihan kepada Nabi Muhammad saw. Lalu ia berkata: “Hai Muhammad, bila kamu menginginkan harta kekayaan, saya sanggup menyediakan untukmu. Bila kamu menginginkan pangkat yang tinggi, saya sanggup mengangkatmu menjadi raja, dan bila kamu menginginkan wanita cantik, saya sanggup mencarikannya untukmu. Tetapi dengan syarat kamu mau menghentikan kegiatan dakwahmu.”

Mendengar tawaran itu, Nabi Muhammad saw. menjawab dengan tegas melalui surah as-Sajadah ayat 1-37. Demi mendengar firman itu, Uthbah tertunduk malu dan hati kecilnya membenarkan ajaran Nabi Muhammad saw. Kemudian ia kembali ke kaumnya dan menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Kemudian ia menganjurkan kepada masyarakat Quraisy dan kawan-kawannya untuk menerima ajakan Muhammad saw.

Mereka yang tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad saw. terus berusaha mengganggu dan merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, termasuk penyiksaan dan pembunuhan. Di antara sahabat Nabi Muhammad saw. yang mendapat siksaan dari kafir Quraisy adalah Bilal bin Rabah, Yasr, Amr bin Yasir, Sumaiyah (isteri Yasir), Khabbah bin Aris, Ummu Ubais, Zinnirah, Abu Fukaihah, Al-Nadyah, Amr bin Furairah, dan Hamamah. Mereka menerima siksaan di luar batas perikemanusiaan, misalnya dipukul, dicambuk, tidak diberi makan dan minum. Bilal dijemur di terik matahari dan ditindih batu besar. Isteri Yasir yang bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai terpanggang.

Siksaan itu ternyata tidak hanya dialami oleh hamba sahaya dan orang-orang miskin, tetapi juga dialami oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, Zubair bin Awwam. Namun siksaan yang dialami Abu Bakar ash-Shiddiq tidak berlangsung lama karena ia mendapat pertolongan dari sukunya yaitu Bani Taymi.

Hambatan, gangguan, dan ancaman terus berlangsung dilakukan masyarakat kafir Quraisy terhadap umat Islam hingga akhirnya umat Islam diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw. untuk hijrah ke Habsyi (Etheopia).


11
 
 
Hal penting yang dapat ditarik dari pelajaran di atas adalah bahwa apapun resiko yang akan dihadapi masyarakat muslim dalam berjuang menegakkan kebenaran dan penyiaran nilai-nilai keislaman, harus dihadapi dengan keteguhan jiwa, kesabaran, dan tawakal. Selain itu juga harus diupayakan cara-cara terbaik dalam menyebarkan ajaran Islam sehingga tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dapat berhasil dengan baik. Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang baik. Beliau tetap tabah, sabar, tekun, dan berjiwa besar dalam menyebarkan ajaran Islam yang diterimanya. Beliau tidak terkecoh dalam kedudukan, pangkat, harta, dan wanita atau kehormatan duniawi lainnya.



12
 

BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Siapapun yang meneliti kehidupan beliau, maka ia akan menemukan pesona-pesona agung yang pengaruhnya begitu kuat terhadap jiwa manusia. Kita akan mengetahui bagaimana seorang Muhammad mampu mendobrak tatanan masyarakat jahiliyah yang begitu keras peradabannya dan menyembah berhala, menjadi masyarakat yang berakhlak dan menyembah Allah yang satu. Jawabannya adalah, semua itu karena pengaruh keimanan diiringi dengan kemuliaan akhlak. Yang diwariskan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT kepadanya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti luhur.”.


3.2     Saran
Didalam penulisan makalah ini, kami menyadari belum sempurna dan lengkap menjelaskan bagaimana Perjuangan Nabi Muhammad SAW di Mekkah, untuk itu diharapkan kepada setiap orang yang membaca makalah ini untuk mencari dari sumber-sumber/ media yang lain.
iv
 
 

Daftar pustaka
Imam Adz-Dzahabi.2005.As-Sirah An-Nabawwiyah.Semarang: Pustaka Nuun
Faisal Ismail.1984.Sejarah Kebudayaan Islam.Yogyakarta: CV.BINA USAHA
M.Abi Tofani.2002.Kisah 25 Nabi dan Rasul.Surabaya: Pustaka Agung Harapan
Muhammad Husain Haekal.1982.Sejarah Hidup Muhammad.Jakarta: PT.Dunia Pustaka
http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/09/hambatan-dan-rintangan-dakwah-nabi.html

Tidak ada komentar:

About IWF

Follow us on FaceBook

Social

Site Links

Recent Posts Box 2

Games & Multimedia

About WE

Popular Posts